BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Remaja
berasal dari kata latin adolensence
yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai
arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan
fisik (Hurlock, 1992). Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat
yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan
dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon
(dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri
Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja
adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan
semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara
umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22
tahun bagi pria.
Di kalangan remaja yang memiliki orang
tua dengan kelas ekonomi yang cukup berada,terutama di kota-kota besar,
mall sudah menjadi rumah kedua.Mereka
ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti mode yang sedang beredar.
Padahal mode itu sendiri selalu berubah sehingga para remaja tidak pernah puas
dengan apa yang dimilikinya. Alhasil, muncullah perilaku yang konsumtif.
Terkadang apa yang dituntut oleh remaja
di luar kemampuan orang tuanya sebagai sumber dana. Hal ini menyebabkan banyak
orang tua yang mengeluh saat anaknya mulai memasuki dunia remaja. Dalam hal
ini, perilaku tadi telah menimbulkan masalah ekonomi pada keluarganya.Perilaku
konsumtif ini dapat terus mengakar di dalam gaya hidup sekelompok remaja.
Dalam perkembangannya, mereka akan
menjadi orang-orang dewasa dengan gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif
ini harus didukung oleh kekuatan
finansial yang memadai. Masalah lebih besar terjadi apabila pencapaian tingkat finansial itu dilakukan dengan segala macam cara yang tidak sehat. Mulai dari pola bekerja yang berlebihan sampai menggunakan cara instan seperti korupsi. Pada akhirnya perilaku konsumtif bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi juga dampak psikologis, sosial bahkan etika.
finansial yang memadai. Masalah lebih besar terjadi apabila pencapaian tingkat finansial itu dilakukan dengan segala macam cara yang tidak sehat. Mulai dari pola bekerja yang berlebihan sampai menggunakan cara instan seperti korupsi. Pada akhirnya perilaku konsumtif bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi juga dampak psikologis, sosial bahkan etika.
Fenomena selera barat akan mewarnai gaya
hidup masyarakat, hal inidapat dilihat dari menjamurnya restoran-restoran
makanan siap saji (fast food) danmunculnya tempat-tempat hiburan seperti
kafe-kafe, diskotik, klub malam, sertamaraknya pembangunan toko-toko swalayan dan
department store. Salah satu yang mempengaruhi perilaku membeli masyarakat
adalah banyaknya berbagaimacam penawaran produk yang beredar, baik yang secara
langsung maupunmelalui media massa. Hal tersebut mendorong masyarakat untuk melakukan pembelian yang
hanya memenuhi kepuasan semata secara berlebihan atau biasa disebut perilaku
konsumtif. Perilaku konsumtif bukan lagi untuk memenuhikebutuhan semata tapi
untuk memenuhi keinginan yang sifatnya untuk menaikkanprestise, menjaga gengsi,
mengikuti mode dan berbagai alasan yang kurang penting.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1. Apa
yang dimaksud dengan Remaja
2. Apa
yang dimaksud dengan Perilaku Konsumtif?
3. Apa
faktor-faktor dari perilaku
konsumtif?
4. Bagaimana
cara mengatasi perilaku
konsumtif?
5. Apa
saja aspek dan indikator dari perilaku
konsumtif?
1.3
TUJUAN
OBSERVASI
Untuk mengetahui bagaimana perilaku konsumtif pada
prilaku konsumtif DI Matahari Ramayana pusat.
1.4
MANFAAT
PENELITIAN
1. Untuk
memberikan informasi kepada pembaca dan sebagai bahan penelitian untuk
observer.
2. Memberikan kesempatan kepada penulis (mahasiswa) untuk
mempelajari, mengamati, dan mengkaji suatu permasalahan yang dihadapi oleh
remaja.
3. Sebagai pedoman untuk pembelajaran.
Bab
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
LANDASAN TEORI
2.1.1
REMAJA
2.1.1.1
PENGERTIAN
REMAJA
Kata remaja berasal dari
bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity
(Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang
remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode
pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001)
tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara
eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence).
Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai
pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal
dua puluhan tahun.Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja
meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa
remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja
akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun).
Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa
remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati
masa dewasa.Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan
masa antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990)
berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi
perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga
terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana
pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.
2.1.1.2 CIRI-CIRI ATAU KARAKTERISTIK PSIKOLOGI REMAJA
a. Perkembangan Fisik Psikologi
Remaja
Fase
remaja adalah periode kehidupan manusia yang sangat strategis, penting dan
berdampak luas bagi perkembangan berikutnya. Pada remaja awal, pertumbuhan fisiknya sangat pesat tetapi tidak
proporsional, misalnya pada hidung, tangan, dan kaki. Pada remaja
akhir,proporsi tubuhmencapai ukuran tubuh orang dewasa dalam semua bagiannya
(Syamsu Yusuf :2005). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini, perkembangan
terpenting adalah aspek seksualitas ini dapat dipilah menjadi dua bagian, yakni
:
1) Ciri-ciri Seks Primer
Perkembangan
psikologi remaja pria mengalami pertumbuhan pesat pada organ testis,
pembuluh yang memproduksi sperma dan kelenjar prostat. Kematangan organ-organ
seksualitas ini memungkinkan remaja pria, sekitar usia 14 – 15 tahun, mengalami
“mimpi basah”, keluar sperma. Pada remaja wanita, terjadi pertumbuhan cepat
pada organ rahim dan ovarium yang memproduksi ovum (sel telur) dan hormon untuk
kehamilan. Akibatnya terjadilah siklus “menarche”
(menstruasi pertama). Siklus awal menstruasi sering diiringi dengan sakit
kepala, sakit pinggang, kelelahan, depresi, dan mudah tersinggung. Psikologi remaja
2) Ciri-ciri Seks Sekunder
Perkembangan
psikologi remaja pada seksualitas sekunder adalah pertumbuhan yang melengkapi
kematangan individu sehingga tampak sebagai lelaki atau perempuan. Remaja pria
mengalami pertumbuhan bulu-bulu pada kumis, jambang, janggut, tangan, kaki,
ketiak, dan kelaminnya. Pada pria telah tumbuh jakun dan suara remaja pria
berubah menjadi parau dan rendah. Kulit berubah menjadi kasar. Pada remaja
wanita juga mengalami pertumbuhan bulu-bulu secara lebih terbatas, yakni pada
ketiak dan kelamin. Pertumbuhan juga terjadi pada kelenjar yang bakal
memproduksi air susu di buah dada, serta pertumbuhan pada pinggul sehingga
menjadi wanita dewasa secara proporsional.
b. Perkembangan Kognitif
Psikologi Remaja
Pertumbuhan
otak mencapai kesempurnaan pada usia 12–20 thn secara fungsional, perkembangan
kognitif (kemampuan berfikir) remaja dapat digambarkan sebagai berikut
a.
Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak
b. Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi
yaitu membuat rencana, strategi, membuat keputusan-keputusan, serta memecahkan
masalah
c. Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi,
membedakan yang konkrit dengan yang abstrak
d.
Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis
e. Memikirkan masa depan, perencanaan, dan
mengeksplorasi alternatif untuk mencapainya psikologi remaja
f.
Mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar berinstropeksi
g. Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa
meliputi agama, keadilan, moralitas, dan identitas (jati diri)
c. Perkembangan Emosi PsikologiRemaja
Remaja
mengalami puncak emosionalitasnya, perkembangan emosi tingkat tinggi. Perkembangan emosi remaja awal
menunjukkan sifat sensitif, reaktif yang kuat, emosinya bersifat negatif dan
temperamental (mudah tersinggung, marah, sedih, dan murung).Sedangkan remaja
akhir sudah mulai mampu mengendalikannya.
Remaja yangberkembang di lingkungan yang kurang kondusif,
kematangan emosionalnyaterhambat. Sehingga sering mengalami akibat negatif
berupa tingkah laku “salah suai”, misalnya : psikologi remaja
1)
Agresif : melawan, keras kepala, berkelahi, suka menggangu dan lain-lainnya
2)
Lari dari kenyataan (regresif) : suka melamun, pendiam,
senang menyendiri, mengkonsumsi obat penenang, minuman keras, atau obat
terlarang
Sedangkan
remaja yang tinggal di lingkungan yang kondusif dan harmonis dapat membantu
kematangan emosi remaja menjadi :
1)
Adekuasi (ketepatan) emosi : cinta, kasih sayang, simpati, altruis (senang
menolong), respek (sikap hormat dan menghormati orang lain), ramah, dan
lain-lainnya
2)
Mengendalikan emosi : tidak mudah tersinggung, tidak agresif, wajar,
optimistik, tidak meledak-ledak, menghadapi kegagalan secara sehat dan bijak
d. Pekembangan Moral Psikologi
Remaja
Remaja
sudah mampu berperilaku yang tidak hanya mengejar kepuasan fisik saja, tetapi
meningkat pada tatanan psikologis (rasa diterima, dihargai, dan penilaian positif
dari orang lain). psikologi remaja
e. Perkembangan Sosial Psikologi
Remaja
Remaja
telah mengalami perkembangan kemampuan untuk memahami orang lain (social cognition) dan menjalin persahabatan. Remaja
memilih teman yang memiliki sifat dan kualitas psikologis yang relatif sama
dengan dirinya, misalnya sama hobi, minat, sikap, nilai-nilai, dan
kepribadiannya.
Perkembangan
sikap yang cukup rawan pada remaja adalah sikap comformity yaitu
kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti bagaimana teman sebayanya berbuat.
Misalnya dalam hal pendapat, pikiran, nilai-nilai, gaya hidup, kebiasaan,
kegemaran, keinginan, dan lain-lainnya.
f. Perkembangan Kepribadian
Psikologi Remaja
Isu
sentral pada remaja adalah masa berkembangnya identitas diri (jati diri) yang
bakal menjadi dasar bagi masa dewasa. Remaja mulai sibuk dan heboh dengan
problem “siapa saya?” (Who am I ?).
Terkait dengan hal tersebut remaja juga risau mencari idola-idola dalam
hidupnya yang dijadikan tokoh panutan dan kebanggaan. Faktor-faktor penting
dalam perkembangan integritas pribadi remaja (psikologi remaja)
adalah :
1) Pertumbuhan fisik semakin dewasa, membawa
konsekuensi untuk berperilaku dewasa pula
2)
Kematangan seksual berimplikasi kepada dorongan dan emosi-emosi baru
3) Munculnya kesadaran terhadap diri dan
mengevaluasi kembali obsesi dan cita-citanya
4) Kebutuhan interaksi dan persahabatan lebih luas dengan teman sejenis dan lawan
jenis
5) Munculnya konflik-konflik sebagai akibat masa
transisi dari masa anak menuju dewasa.
Remaja akhir sudah mulai dapat memahami, mengarahkan,
mengembangkan, dan memelihara identitas diri
Tindakan antisipasi remaja akhir adalah:
1)
Berusaha bersikap hati-hati dalam berperilaku dan menyikapi kelebihan dirinya
2)
Mengkaji tujuan dan keputusan untuk menjadi model manusia yang diidamkan
3)
Memperhatikan etika masyarakat, kehendak orang tua, dan sikap teman-temannya
4)
Mengembangkan sikap-sikap pribadinya
g. Perkembangan Kesadaran
Beragama
Iman
dan hati adalah penentu perilaku dan perbuatan seseorang. Bagaimana perkembangan
spiritual ini terjadi pada psikologi remaja? Sesuai dengan perkembangannya
kemampuan kritis psikologi remaja hingga menyoroti nilai-nilai agama
dengan cermat. Mereka mulai membawa nilai-nilai agama ke dalam kalbu dan
kehidupannya. Tetapi mereka juga mengamati secara kritis
kepincangan-kepincangan di masyarakat yang gaya hidupnya kurang memedulikan
nilai agama, bersifat munafik, tidak jujur, dan perilaku amoral lainnya. Di
sinilah idealisme keimanan dan spiritual remaja mengalami benturan-benturan dan ujian.
2.1.2
PRILAKU KONSUMTIF
2.1.2.1 PENGERTIAN
PRILAKU KONSUMTIF
Perilaku
adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan
atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Perilaku manusia adalah
sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dandipengaruhi oleh adat, sikap, emosi,nilai, etika, kekuasaan, persuasi,
dan/atau genetika
Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku
dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi,
perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan
oleh karenanya merupakan suatu tindakan
sosial manusia yang sangat
mendasar. Perilaku tidak boleh
disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang
merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial
adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain.[1] Penerimaan terhadap perilaku seseorang
diukur relatif terhadap norma
sosial dan diatur oleh
berbagai kontrol sosial. Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya
dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang
memperberat timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku
seringkali dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang holistikdan komprehensif.
Kata "konsumtif' (sebagai kata sifat; Iihat akhiran -if) sering
diartikan sama dengan kata "konsumerisme". Padahal kata yang terakhir
ini mengacu pada segala sesuatu yang berhubungan dengan konsumen. Sedangkan
konsumtif lebih khusus menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang
yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan
yang maksimal.Memang belum ada definisi yang memuaskan tentang kata konsumtif
ini.
Perilaku konsumtif adalah perilaku seseorang yang dikendalikan oleh
suatu keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan duniavvi semata-mata (Grinder,
1978).Lubis (1987) mengatakan bahwa perilaku konsumtif adalah suatu perilaku
membeli yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan yang rasional melainkan
karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional
lagi.Menurut Peter dan Olson (1995, h.115)
kepercayaan, sikap, dan keinginan yang tidak terkontrol dan terbentuk dalam
diri konsumen disebut dengan perilaku konsumtif.Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (Al-Ghifari, 2003, h.144) memberikan
batasan perilaku konsumtif sebagai kecenderungan konsumsi tiada batas dan lebih
mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan. Manusia lebih mementingkan
keinginan daripada kebutuhan pada saat memiliki uang lebih dan biasanya
menyebabkan orang melakukan pengeluaran untuk bermacam-macam keinginan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan pokoknya sendiri.
Dahlan (Al-Ghifari, 2003, h.144)
menyatakan bahwa perilaku konsumtif merupakan suatu perilaku yang ditandai oleh
adanya kehidupan mewah dan berlebihan, penggunaan segala hal yang dianggap
paling mahal dan memberikan kepuasaan dan kenyamanan fisik sebesar-besarnya sertaa
dan pola hidup manusia yang dikendalikan dan didorong oleh suatu keinginan untuk
memenuhi hasrat kesenangan semata-mata.
MenurutSumartono (Al-Ghifari, 2003,
h.142) seseorang yang konsumtif mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Membeli produk untuk menjaga status,
penampilan, dan gengsi.
2. Memakai sebuah produk karena adanya
unsure konformitas terhadap model yang mengiklankan produk tersebut.
3. Adanya penilaian bahwa dengan memakai atau
membeli produk dengan harga yang mahalakan menimbulkan rasa percaya diri.
4. Membeli produk dengan pertimbangan harga bukan karena manfaat
dan kegunaannya.
5. Membeli karena kemasan
produk yang menarik.
6. Membeli produk karena
iming-iming hadiah.
7. Mencoba produk sejenis
dengan dua merk yang berbeda.
2.1.2.2 FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PRILAKU KONSUMTIF
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif ada
dua, yaitu internal dan eksternal :
1.
Faktor
Internal. Faktor internal ini juga terdiri dari dua aspek, yaitu faktor
psikologis dan faktor pribadi.
a) Faktor psikologis, juga sangat mempengaruhi
seseorang dalam bergaya hidup konsumtif
b) Motivasi, dapat mendorong karena dengan motivasi tinggi untuk membeli suatu produk, barang / jasa maka mereka cenderung akan membeli tanpa menggunakan faktor rasionalnya.
c) Persepsi, berhubungan erat dengan motivasi. Dengan persepsi yang baik maka motivasi untuk bertindak akan tinggi, dan ini menyebabkan orang tersebut bertindak secara rasional.
d) Sikap pendirian dan kepercayaan. Melalui bertindak dan belajar orang akan memperoleh kepercayaan dan pendirian. Dengan kepercayaan pada penjual yang berlebihan dan dengan pendirian yang tidak stabil dapat menyebabkan terjadinya perilaku konsumtif.
b) Motivasi, dapat mendorong karena dengan motivasi tinggi untuk membeli suatu produk, barang / jasa maka mereka cenderung akan membeli tanpa menggunakan faktor rasionalnya.
c) Persepsi, berhubungan erat dengan motivasi. Dengan persepsi yang baik maka motivasi untuk bertindak akan tinggi, dan ini menyebabkan orang tersebut bertindak secara rasional.
d) Sikap pendirian dan kepercayaan. Melalui bertindak dan belajar orang akan memperoleh kepercayaan dan pendirian. Dengan kepercayaan pada penjual yang berlebihan dan dengan pendirian yang tidak stabil dapat menyebabkan terjadinya perilaku konsumtif.
2.
Faktor
Eksternal / Lingkungan. Perilaku konsumtif dipengaruhi oleh lingkungan dimana
ia dilahirkan dan dibesarkan.
Variabel-variabel yang termasuk dalam faktor eksternal
dan mempengaruhi perilaku konsumtif adalah kebudayaan, kelas sosial, kelompok
sosial, dan keluarga.
Menurut Zumrotin (dalam
Lestari, 1996) perilaku konsumtif ditunjang oleh
beberapa
faktor, antara lain :
a. Naiknya
pendapatan.
Perkembangan
bidang ekonomi membawa dampak pada masyrakat, salah satunya adalah naiknya
pendapatan.Kenaikan ini diikuti penambahan kebutuhan hidup masyarakat, tidak
hanya dalam mutu dan jumlah tetapi juga ragamnya.Misal saja dulu masyarakat
membeli perabot rumah tangga yang sesuai dengan kebutuhannya, sekarang dalam
membeli perabot rumah tangga mempertimbangkan merek dan gengsi.
b. Iklan.
Media
massa berfungsi mengkomunikasikan suatu produk kepada masyarakat dengan
iklannya. Iklan merupakan alat produsen untuk mempromosikan produknya. Iklan
yang gencar akan mengakibatkan rasa ingin tahun pada masyarakat, rasa ingin
tahu ini terobati bila masyarakat atau konsumen telah memakai atau memiliki
produk
c.
Westernisasi
Masyarakat
menganggap apa saja yang berasal dari negeri barat adalah yang terbaik. Apa
yang dilakukan dan dipakai orang barat patut dan harus ditiru agar dikatakan
modern. Gejala ini tampak ketika hal-hal yang berbau negeri barat mendapat
tempat yang baik dalam negeri ini.
Rismiyati dan Suratno
(2001) menjelaskan faktor ekstern yang mempengaruhi
perilaku konsumen
tersebut sebagai berikut:
a. Kebudayaan.
Kebudayaan
menurut Sulaeman (1995) adalah aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak
lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk
mencapai tujuan.Kebudayaan adalah keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan
manusia yang diatur oleh tata kelakukan, yang harus didapatkannya dengan
belajar dan semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat (Kuntjaraningrat dalam
Pasha, dkk, 2000).Sependapat dengan Kuntjaraningrat, Stanton (dalam Dharmesta
dan Handoko, 2000) mengemukakan kebudayaan sebagai simbol dan fakta yang
komplek, yang diciptakan oleh manusia, diturunkan dari genarasi ke generasi
sebagai penentu dan pengatur perilaku manusia dalam masyarakat yang ada.Dari
pengertian tersebut dapat disimpulan bahwa perilaku manusia sangat dipengaruhi
oleh kebudayaan yang ada, dan pengaruhnya selalu berubah esuai dengan kemajuan
atau perkembangan zaman.
b. Kelas
sosial
Pembagian
dalam masyarakat yang terdiri atas individu-individu yang berbagai nilai,
minat, dan tingkah laku yang serupa. Ukuran atau kriteria yang biasanya dipakai
untuk menggolong-golongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas
tertentu adalah sebagai berikut:
(1)
kekayaan
(2)
kekuasaan
(3)
kehormatan
(4)
ilmu pengetahuan
Menurut
Engel, dkk (1994) status sosial sering menghasilkan bentuk-bentuk perilaku
konsumen yang berbeda-beda (misalnya merek dan model mobil yang dikendarai dan
pakaian yang disukai). Kelas sosial juga menunjukkan pemilihan produk dan merek
tertentu dalam bidang-bidang seperti pakaian, peralatan rumah tangga, aktivitas
diwaktu senggang, dan mobil (Tunggal, 2002).Menurut Moschis dan Churchill
(dalam Husna, 1990) ada korelasi yang erat antara umur, jenis kelamin dan
status sosial ekonomi terhadap perilaku konsumen.
c. Kelompok
sosial dan kelompok referensi.
kelompok
sosial adalah kesatuan sosial yang menjadi tempat individu berinteraksi satu
sama lain, karena adanya hubungan diantara mereka. Loudon dan Bitta (1993)
menyatakan bahwa kelompok sosial sangat berpengaruh terhadap
konsumen.Pengertian kelompok referensi sosial adalah kelompok sosial yang
menjadi ukuran seseorang (bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk
kepribadian dan perilaku (Dharmasesta dan Handoko, 2000).Menurut Kotler dan Cox
(1984) kelompok referensi jenis kelompok terhadap siapa seseorang memandang
dirinya mempunyai hubungan sebagai warga kelompok dan berhasrat untuk mempunyai
hubungan psikologis.Kelompok referensi mempengaruhi perilaku seseorang dalam
pembelian, dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah
laku.Dalam penelitian Loudon dan Bitta (1993) didapatkan suatu hubungan yang
berarti antara kelompok referensi dengan pemasaran, karena kelompok referensi
berhubungan erat dengan keputusan membeli.
d. Keluarga.
Keluarga
merupakan unit pengambilan keputusan utama dengan ola peranan dan fungsi yang
berbeda-beda. Sumber yang mempengaruhi pembelian juga berbeda, tergantung jenis
barang yang akan dibeli. Misalnya, anak-anak mempengaruhi pembelian kue,
kembang gula dan mainan (Ward dan Wackman dalam Anastasia, 1993).Diantara
anggota keluarga, ibu rumah tangga yang memegang uang dan mengatur pengeluaran
dalam keluarga.Engel, dkk.(1973) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumtif ditinjau dari konsumen. Perilaku konsumen dalam membeli
barang dipengaruhi beberapa faktor yang pada intinya dibedakan menjadi tiga,
yaitu faktor internal meliputi:
(1)
motivasi dan harga diri
(2) pengamatan dan proses belajar
(3)
kepribadian dan konsep diri.
Johnstone,
mengemukakan tipe-tipe konsumen remaja yakni :
1.
Remaja
amat mudah terpengaruh oleh rayuan penjual.
2.
Mudah
terbujuk rayuan iklan, terutama pada kerapian kertas bungkus (apalagi jika
dihiasi dengan warna-warna yang menarik).
3.
Tidak
berfikir hemat.
4.
Kurang
realistis, romantis dan mudah terbujuk (impulsif).
Sheth,
mengindikasikan perilaku konsumtif sebagai compulsive buying dan compulsive
consumptions yaitu:
1. Compulsive buying
Sebagai suatu tendensi kronis untuk membeli produk secara
berlebihan dan melampaui kebutuhan dan sumber daya seseorang. Seorang
compulsive buyer cenderung senang (bahkan keranjingan) berbelanja, selalu
membeli item-item yang mungkin dia sendiri tidak pernah memakainya (terutama
barang-barang yang sedang diobral) dan bahkan membeli produk yang sesungguhnya
diluar batas kemampuan finansialnya.
2. Compulsive Consumptions
Didefinisikan sebagai respon terhadap dorongan atau hasrat
yang tidak terkendali untuk mendapatkan, menggunakan atau mengalami suatu
perasaan, substansi atau aktivitas yang menyebabkan individu secara berulang
terlibat dalam perilaku yang akhirnya dapat merugikan dirinya sendiri atau
orang lain.
Assuari
(1987) mengemukakan bahwaperilakukonsumtifdapatterjadikarena hal-hal sebagai berikut :
a. Ingin tampak
berbeda dari yang lain
Remaja melakukan
pembelian atau pemakaian dengan maksud unuk menunjukkan bahwa dirinya berbeda dengan
yang lain.
b. Ikut-ikutan
Seseorang membeli sesuatu hanya
untuk meniru orang lain dan mengikuti mode yang sedang beredar.
Kemudian Stanton (1996) mengatakan
bahwa ada kekuatan-kekuatan psikologis yang mempengaruhi perilaku konsumtif,
yaitu:
a.
Pengalaman belajar
Kunci untuk memahami perilaku pada konsumen
terletak pada kemampuan menginterpretasikan dan meramalkan proses belajar konsumen.
b.
Kepribadian
Kepribadian didefinisikan sebagai pola
ciri-ciri seseorang yang menjadi factor penentu dalam perilaku responnya.
c.
Konsepdiriataucitradiri
Konsep diri dipengaruhi oleh kebutuhan
psikologis dan fisik yang dibawa sejak lahir dan dipelajari selama proses
perkembangan diri. Biasanya orang memilih suatu produk dan merek yang sesuai dengan
konsep dirinya.
2.1.2.3 REMAJA DAN POLA HIDUP KONSUMTIF.
Bagi produsen, kelompok usia remaja
adalah salah satu pasar yang potensial. Alasannya antara lain karena pola
konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. Di samping itu, remaja biasanya
mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan
cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat remaja inilah yang
dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja. Di kalangan
remaja yang memiliki orang tua dengan kelas ekonomi yang cukup berada,
terutama di kota-kota besar, mall sudah menjadi rumah kedua. Mereka ingin
menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti mode yang sedang beredar. Padahal
mode itu sendiri selalu berubah sehingga para remaja tidak pernah puas dengan
apa yang dimilikinya. Alhasil, muncullah perilaku yang konsumtif.Perilaku
konsumtif pada remaja sebenarnya dapat dimengerti bila melihat usia remaja
sebaga usia peralihan dalam mencari identitas diri. Remaja ingin diakui
eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi bagian dari lingkungan
itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain yang sebaya
itu menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai atribut yang sedang
in.
Remaja
dalam perkembangan kognitif dan emosinya masih memandang bahwa atribut yangsuperfisial itu
sama penting (bahkan lebih penting) dengan substansi. Apa yang dikenakan oleh
seorang artis yang menjadi idola para remaja menjadi lebih penting (untuk
ditiru) dibandingkan dengan kerja keras dan usaha yang dilakukan artis idolanya
itu untuk sampai pada kepopulerannya.Menjadi masalah ketika kecenderungan yang
sebenarnya wajar pada remaja ini dilakukan secara berlebihan. Pepatah “lebih
besar pasak daripada tiang” berlaku di sini. Terkadang apa yang dituntut oleh
remaja di luar kemampuan orang tuanya sebagai sumber dana. Hal ini menyebabkan
banyak orang tua yang mengeluh saat anaknya mulai memasuki dunia remaja.
Perilaku konsumtif ini dapat terus
mengakar di dalam gaya hidup sekelompok remaja. Dalam perkembangannya, mereka
akan menjadi orang-orang dewasa dengan gaya hidup konsumtif. Gaya hidup
konsumtif ini harus didukung oleh kekuatan finansial yang memadai. Masalah
lebih besar terjadi apabila pencapaian tingkat finansial itu dilakukan dengan
segala macam cara yang tidak sehat. Mulai dari pola bekerja yang berlebihan
sampai menggunakan cara instan seperti korupsi. Pada akhirnya perilaku
konsumtif bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi juga dampak psikologis,
sosial bahkan etika.
2.1.2.4 CARA MENGATASI PRIALKU KONSUMTIF
1.
Harus tega
Tega, maksudnya tak berarti sama sekali tidak membelikan barang
keperluan kita sehari-hari, tetapi memberi batasan. Bila sudah di luar
kewajaran, Dengan cara ini, kita mendidik diri kita sendiri untuk bersikap
rasional, tidak asal beli barang kalau mau atau suka. Ini bukan soal punya atau
tidak punya uang. Kemampuan mengendalikan diri agar tak konsumtif sangat
penting bagi seseorang. Sebab, bila dibiarkan sampai dewasa, akan memunculkan
sikap korupsi demi membeli benda kesukaan.
2.
Belajar menghargai
Kita harus bisa untuk menghindarkan diri dari pola hidup konsumtif,
cobalah untuk menghargai uang sebisa mungkin. Idealnya, sejak dini
diperkenalkan konsep uang. Caranya, antara lain, dengan memberi mainan jenis
mata uang dan nilai nominalnya.
3.
Membuat daftar
belanja yang di inginkan dandibutuhkan. Diutamakan barang yang dibutuhkan,
untuk menghindari terbuangnya uang untuk barang yang sia-sia.
4.
Gunakan kupon
belanja.
5.
Jangan terlalu
fanatic pada satu nama perancang.
6.
Tunggulah diskon
perancang. Bersabar sampai barang-barang yang “mahal harus punya” sampai turun harga.
7.
Kunjungi pameran.
Selain menawarkan harga untuk model terbaru, juga tersedia berbagai hadiah saat
pameran.
2.2 METODE PENELITIAN
2.2.1
PENGERTIAN COVERT
Observasi
(subyek) yang sedang diamati, tidak menyadari kalau sedang diamati oleh
observer. Observer tidak memberitahu, tidak memberikan reaksi/tanda kalau
dirinya sedang mengamati observee.
2.2.2
PENGERTIAN PARTISIPAN
Suatu observasi disebut observasi
partisipan jika orang yang rnengadakan observasi (observer) turut ambil bagian
dalam perikehidupan observer. Jenis teknik observasi partisipan umumnya
digunakan orang untuk penelitian yang bersifat eksploratif. Untuk menyelidiki
satuan-satuan sosial yang besar seperti masyarakat suku bangsa karena
pengamatan partisipatif memungkinkankan peneliti dapat berkomunikasi secara
akrab dan leluasa dengan observer, sehingga memungkinkan untuk bertanya secara
lebih rinci dan detail terhadap hal-hal yang akan diteliti.
Beberapa persoalan pokok yang perlu mendapat perhatian yang cukup dan seorang participant observer adalah sebagai berikut:
Beberapa persoalan pokok yang perlu mendapat perhatian yang cukup dan seorang participant observer adalah sebagai berikut:
a. Metode Observasi.
Persoalan tentang metode observasi sama
sekali tidak dapat dilepaskan dari scope dan tujuan penelitian yang hendak
diselenggarakan. Observer perlu memusatkan perhatiannya pada apa yang sudah
diterangkan dalam pedoman observasi (observation guide) dan tidak terlalu
insidental dalam observasi-observasinya.
b. Waktu dan Bentuk Pencatatan.
Masalah kapan dan bagaimana mengadakan
pencatatan adalah masalah yang penting dalam observasi partisipan. Sudah dapat
dipastikan bahwa pencatatan dengan segera terhadap kejadian-kejadian dalam
situasi interaksi merupakan hal yang terbaik.
Pencatatan on the spot akan mencegah pemalsuan ingatan karena terbatasnya ingatan. Jika pencatatan on the spot tidak dapat dilakukan, sedangkan kelangsungan situasi cukup lama, maka perlu dijalankan pencatatan dengan kata-kata kunci. Akan tetapi pencatatan semacam ini pun harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak menarik perhatian dan tidak menimbulkan kecurigaan. Pencatatan dapat dilakukan, misalnya pada kertas-kertas kecil atau pada kertas apa pun yang kelihatannya tidak berarti.
Pencatatan on the spot akan mencegah pemalsuan ingatan karena terbatasnya ingatan. Jika pencatatan on the spot tidak dapat dilakukan, sedangkan kelangsungan situasi cukup lama, maka perlu dijalankan pencatatan dengan kata-kata kunci. Akan tetapi pencatatan semacam ini pun harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak menarik perhatian dan tidak menimbulkan kecurigaan. Pencatatan dapat dilakukan, misalnya pada kertas-kertas kecil atau pada kertas apa pun yang kelihatannya tidak berarti.
c. Intensi dan Ekstensi Partisipasi.
Seacara garis besar, partisipasi
tidaklah sama untuk semua penelitian dengan observasi partisipan ini. Peneliti
dapat mengambil partisipasi hanya pada beberapa kegiatan sosial (partial
participation), dan dapat juga pada semua kegiatan(full particiration). Dan,
dalam tiap kegiatan itu penyelidik dapat turut serta sedalam-dalamnya (intensive
participation) atau secara minimal (surface participation). Hal ini tergantung
kepada situasi.Dalam observasi partisipan, observer berperan ganda yaitu
sebagai pengamat sekaligus menjadi bagian dan yang diamati. Sedangkan dalam
observasi nonpartisipan, observer hanya memerankan diri sebagai pengamat.
Perhatian peneliti terfokus pada bagaimana mengamati, merekam, memotret,
mempelajari, dan mencatat tingkah laku atau fenomena yang diteliti. Observasi
nonpartisipan dapat bersifat tertutup, dalam arti tidak diketahui oleh subjek
yang diteliti, ataupun terbuka yakni diketahui oleb subjek yang diteliti.
2.2.3
ANNECDOTAL RECORD
2.2.3.1 Pengertian Annecdotal Record
Anecdotal Record merupakan record atau
catatan - catatan yang bersifat komulatif
dari beberapa tingkah laku individu yang luar biasa ( Bimo Walgito, 1987 ).
dari beberapa tingkah laku individu yang luar biasa ( Bimo Walgito, 1987 ).
Anecdotal Record merupakan catatan yang
dibuat oleh penyelidik mengenai
kelakuan-kelakuan yang luar biasa ( Sutrisno Hadi, 1985).
kelakuan-kelakuan yang luar biasa ( Sutrisno Hadi, 1985).
Anecdotal Record adalah catatan tentang
kejadian khusus yang bertalian dengan
masalah yang sedang menjadi pusat perhatian pengamat, terutama tingkah laku
individu yang diamati yang sifatnya typis ( Depdikbud, 1975).
masalah yang sedang menjadi pusat perhatian pengamat, terutama tingkah laku
individu yang diamati yang sifatnya typis ( Depdikbud, 1975).
Dari ketiga pendapat di atas dapat
disimpulkan pengertian Anecdotal Record ialah
alat pencatat hasil observasi yang bersifat komulatif dari tingkah laku individu yang
luar biasa ( typical behavior ).
alat pencatat hasil observasi yang bersifat komulatif dari tingkah laku individu yang
luar biasa ( typical behavior ).
2.2.3.2 Ciri
- ciri Anecdotal Record yang Baik.
1.
Menerangkan
tanggal, tempat dan waktu berlangsungnya kejadian tertentu, dan
siapa yang menjadi observer.
siapa yang menjadi observer.
2.
Melukiskan
peristiwa yang faktuil dan obyektif. Peristiwa obyektif adalah laporan
yang mempunyai gambar potret atau apa adanya agar tidak ada yang tertinggal.
yang mempunyai gambar potret atau apa adanya agar tidak ada yang tertinggal.
3.
Segera
dibuat setelah peristiwa itu terjadi, untuk menghindari kelupaan.
4.
Harus
dibuat oleh beberapa penyelidik.
5.
Harus
bersifat selektif, dipilih peristiwa yang penuh arti dan yang ada hubungannya
dengan perkembangan individu.
dengan perkembangan individu.
6.
Laporan
harus faktuil, dipisahkan dari data dan interpretasi.
2.2.3.3 Macam-macam
Catatan Anekdot
1.
Catatan
anekdot type evaluasi
Berisi pernyataan yang menerangkan penilaian
pencatatan/pengamat berdasarkan
ukuran baik buruk, yang diinginkan/yang tidak diinginkan, yang diterima/tidak
diterima. Contoh : pada hari ke 7 Amir memperlihatkan sikap yang lebih baik
terhadap teman-teman sepermainan. Ia mulai memberikan pertolongan kepada
teman-temannya.
ukuran baik buruk, yang diinginkan/yang tidak diinginkan, yang diterima/tidak
diterima. Contoh : pada hari ke 7 Amir memperlihatkan sikap yang lebih baik
terhadap teman-teman sepermainan. Ia mulai memberikan pertolongan kepada
teman-temannya.
2.
Catatan
Enekdot type interpretatif
Berisi penjelasan tentang kegiatan tingkah
laku atau situasi yang telah
diobservasi oleh pengamat dengan dukungan / pendukung fakta yang diobservasi
itu. Contoh : pada minggu terakhir Ani tampak gelisah. Pertumbuhan badannya
begitu cepat. Tentulah pertumbuhan itu yang menyebabkan ia gelisah.
diobservasi oleh pengamat dengan dukungan / pendukung fakta yang diobservasi
itu. Contoh : pada minggu terakhir Ani tampak gelisah. Pertumbuhan badannya
begitu cepat. Tentulah pertumbuhan itu yang menyebabkan ia gelisah.
3.
Catatan
Anekdot type deskripsi umum.
Berisi tentang catatan kegiatan, tingkah
laku, atau situasi dalam bentuk
pernyataan umum. Contoh : Ali mulai tidak tenang kerjanya di kelas. Banyak
pekerjaannya tidak selesai pada waktunya. Dia mulai menghindarkan diri dari
pertemuan dan percakapan dengan teman.
pernyataan umum. Contoh : Ali mulai tidak tenang kerjanya di kelas. Banyak
pekerjaannya tidak selesai pada waktunya. Dia mulai menghindarkan diri dari
pertemuan dan percakapan dengan teman.
4.
Catatan
Anekdot type deskripsi khusus.
Catatan yang berisi uraian tentang kegiatan,
tingkah laku individu atau situasi
secara khusus dan teliti. Contoh : udara sangat dingin disertai hujan rintik-rintik,
sehingga pada waktu istirahat hari ini siswa tidak turun ke lapangan bermain.
Mereka memilih di ruang olah raga . Amin dan Ali memilih permainan galah
dengan beberapa temannya. Masing-masing dari mereka menjadi ketua dari kedua
regu yang berlawanan. dan teman temannya yang lain harus memilih pada regu
yang mana. Tiba-tiba Amin berteriak dari jauh dan menyatakan bahwa temantemannya
yang lain tidak mau memilih regu yang dipimpinnya. Kemudian Ali
menjawab dengan tenang, habis maunya begitu dan saya tidak dapat mencegahnya.
secara khusus dan teliti. Contoh : udara sangat dingin disertai hujan rintik-rintik,
sehingga pada waktu istirahat hari ini siswa tidak turun ke lapangan bermain.
Mereka memilih di ruang olah raga . Amin dan Ali memilih permainan galah
dengan beberapa temannya. Masing-masing dari mereka menjadi ketua dari kedua
regu yang berlawanan. dan teman temannya yang lain harus memilih pada regu
yang mana. Tiba-tiba Amin berteriak dari jauh dan menyatakan bahwa temantemannya
yang lain tidak mau memilih regu yang dipimpinnya. Kemudian Ali
menjawab dengan tenang, habis maunya begitu dan saya tidak dapat mencegahnya.
2.2.3.4 Keterbatasan
Catatan Anekdot
1.
Waktu
yang dibutuhkan untuk pembuatan catatan anekdot sangat banyak, sehingga
hanya dilakukan terhadap beberapa klien yang khusus saja.
hanya dilakukan terhadap beberapa klien yang khusus saja.
2.
Pembimbing
yang belum berpengalaman akan menitik beratkan pengamatannya
kebanyakan pada aspek-aspek tingkah laku yang tidak baik saja dan kurang
mencatat tingkah laku yang baik, karena sudah beranggapan bahwa seorang, klien
itu mempunyai kekurangan-kekurangan.
kebanyakan pada aspek-aspek tingkah laku yang tidak baik saja dan kurang
mencatat tingkah laku yang baik, karena sudah beranggapan bahwa seorang, klien
itu mempunyai kekurangan-kekurangan.
3.
Pada
pembuatan catatan anekdot hendaknya diingat mengenai kekurangankekurangan
yang ada pada sampel, kemungkinan besar tingkah laku yang dicatat
tadi tidak mewakili reaksi klien yang sebenarnya.
yang ada pada sampel, kemungkinan besar tingkah laku yang dicatat
tadi tidak mewakili reaksi klien yang sebenarnya.
4.
Tingkah
laku yang diamati harus dilihat sebagai bagian dari keseluruhan tingkah
lakunya.
lakunya.
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1 HASIL
1. Observee :
Keni
2. JenisKelamin : Perempuan
3. Usia : 20 tahun
A.
TEMPAT
OBSERVASI 1
1. Tempat : Di Kos perumahan depan UIN
2. Setting
a. Setting
Tempat Observee, kos yang berwarna hijau ini memiliki dua rumah yang
berdempetan yang kami amati rumah bulatan, yang dimana memiliki dua kamar tidur
dan dua kamar mandi dan masih ada honda yang terparkir dalam kos. Keadaan kos
yang terang karena lampu dalam kamar teman observee hidup dengan goreden yang
tertutup sedikit barang-barang seperti buku, kotak pensil, laptop berada di
atas tempat tidur, dengan sprai warna biru tua dan ada bercak bunga yang
berwarna kuning.
b. Setting
fisik observee, keadaan kamar yang panas karena gorden ditutup sehingga
sirkulasi udara didalam kamar tidak ada pertukarannya. Tetapi ada pencahayaan
dari lampu yang hidup dikamar teman
observee, sehingga dapat menerangi kamar teman observee.
Blue Print
No.
|
Aspek
|
Indikator
|
Pernyataan
|
1.
|
Pembelian
tanpa terencana
|
·
Membeli produk secara spontan
|
·
Remaja membeli produk dengan secara
spontan
|
2.
|
Pemebelian
tidak rasioanal
|
·
Kurangnya control diri ketika berada
pada situasi membeli.
·
Membeli produk demi menjaga penampilan
diri dan gengsi.
·
Membeli produk hanya sekedar menjaga
symbol status.
·
Membeli produk hanya sekedar
konformitas terhadap model yang mengiklankan produk.
·
Membeli produk dengan harga mahal akan
menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi.
·
Membeli atas dasar pertimbangan
harga(bukan atas manfaat dan kegunaanya).
|
·
Remaja kurangnya control diri ketika
berada pada situasi membeli.
·
Remaja membeli produk demi menjaga
penampilan diri dan gengsi.
·
Remaja membeli produk hanya sekedar
menjaga symbol status.
·
Remaja membeli produk hanya sekedar konformitas
terhadap model yang mengiklankan produk.
·
Remaja membeli produk dengan harga
mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi.
·
Remaja membeli atas dasar pertimbangan
harga( bukan atas manfaat dan kegunaanya).
|
3.
|
Pemborosan
|
·
Tidak dapat membeli skala prioritas
tentang hal-hal yang ingin di beli.
·
Mencoba lebih dari dua produk sejenis
(merek berbeda)
|
·
Remaja tidak dapat membeli skala
prioritas tentang hal-hal yang ingin di beli.
·
Remaja mencoba lebih dari dua produk
sejenis(merek berbeda).
|
B. WAKTU OBSERVASI DAN FREKUENSI
1
1. Hari/tanggal :
Selasa,
03 Juni 2014
2. WaktuPelaksanaan : 10.00-13.00
Baris
|
Uraian
hasil observasi
|
Tema
|
1
5
|
Jam 10.00 observee datang sepulangnya dari
kampus dia bersama temannya saat itu observe memakai rok berwarna hijau, baju
bergaris-garis warna abu-abu dan hitam dan memakai jilbab yang berwarna
hijau. Mendengar saya sedang menawarkan jilbab kepada
|
Mendengar tawaran jilbab
|
10
|
anak kos lainnya, observe datang dengan
temannya ke dalam kamar kos teman observee. Yang pada saat itu saya
menawarkan jilbab kepada teman observee saya mengelurkan jilbab-jilbab
tersebut dari kantong plastik yang berwarna ungu. Pada saat itu observee
|
|
15
|
melhat-lihat jilbab tersebut setelah itu
diletakkanya kembali karena jilbabnya terlalu panjang dan warnanya
gelap-gelap semuala. Lalu saya
praktekan saya memakai jilbab tersebut sehingga tampak seperti jilbab yang biasa
oberservee pakai. Tapi
|
Meletakkan kembali jilbabnya
|
20
|
obeservee bingung karena dia sudah memiliki
banyak jilbab dan dia bingung baju apa yang cocok dengan jilbab-jilbab itu.
Lalu observee mengambil jilbab dengan 2 motif dan menujukkan kepada kami mana
yang lebih bagus dan menanyakan kepada
|
Mengambil 2 motif jilbab
|
25
|
temannya saya ada baju apa ya, lalu temannya
menjawab kamu kan ada tosca rok warna hijau tosca, observe berpikir itu
tampak dalam dia membolak-balikan jilbab itu berulang kali dan dia menarik
baju saya yang kebetulan berwarna biru tosca dan
|
Observe berpikir dan membolak-balikan
jilbab
|
30
|
menempelkan jilbab itu dengan baju saya dan
menanyakan warnya sama apa gak, temannya menjawab iya sama kok udah ambil aja
itu bagus dan dia berbicara kepada temannya aku udah banyak jilbab dan jilbab
warna itu udah ada waktu
|
Bingung karena sudah memiliki warna
tersebut
|
35
|
perpisahan SMA dulu tapi motifnya cantik
elegan, setelah observee berfikir dengan membalik-balikan lalu si observee mengambil jibab yang
bermotif biru tosca ada bercak hitamnya. Dan observee menanyakan harga kepada
saya, harga jilbab itu
|
Menanyakan harga
|
40
|
adalah empat puluh lima ribu rupiah, observee
berusaha menawar jilbab tersebut menjadi empat puluh ribu rupiah karena uang
bulananya sudah mulai habis dan baru diberi pada tanggal 6 juni nantik,
tetapi saya bilang tidak bisa, setalh 2 menit
|
Tawar menawar jibab
|
45
|
menawar observee jadi mengambil jilbab tersebut dan oberservee mengatakan saya
hutang dulu ya, nantik tanggal 6 saya bayar. Karena jilbabnya bagus dan
nantik takut diambil oleh teman observer dikampus karena observer akan
menawarkan kepada
|
Mengambil jilbab dan membayarnya nanti
|
46
|
teman kampusnya juga.
|
3.2 PEMBAHASAN
Prilaku
konsumtif adalah perilaku seseorang yang dikendalikan oleh suatu keinginan
untuk memenuhi hasrat kesenangan duniawi
semata-mata, yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan yang rasional
melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional
lagi. Pada observe ini terlihat jelas dalam aspek yang
telah di bahas yang termasuk dalam prilaku konsumtif dimana observe membeli
barang tanpa terencana terliahat di baris
ke 15 diamana observe telah tertarik dengan yang di tawarkan oleh
observer. Disini observe juga membeli jilbab tersebut karena elegan dan cantik,
padahal observe sudah ada jilbab yang memilki warna yang sama. Dan disini juga
jelas bahwa observe tersebut melakukan pemborosan yang dimana sudah memiliki
jilbab masih menginnginkan jilbab yang sama dengan motif yang berbeda. Disini
observe memilki prilaku konsumtif yang sudah terlihat juga pada saat observasi
dan juga ada dalam aspek prilaku konsumtif.
Observer
:
1. Pembelian
tanpa terencana
-
Pembelian secara spontan terjadi
pada observe yang terpengaruh akan kata-kata dari observer, setelah observer
dan temannya membujuk, karena sebelum
itu observer telah mempunyai jilbab dengan warna yang sama.
2. Pembelian
tidak Rasional
-
Ini jelas terlihat dari
observer yang memilih jilbab tersebut karena cantik dan elegan dan karena
melihat temannya juga mempunyai itu.
3. Pemborosan
-
Pada subjek pertama ini
observe telah memilki satu jilbab yang berwarna biru tosca, tapi observe
memilih lagi jilbab tersebut padahal
uang observe lagi habis dan belum dikirimin uang oleh orang tua observe.
BAB
IV
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Prilaku
konsumtif adalah prilaku yang membeki suatu barang secara berlebihan yang
dimana bersifat pemborosan, yang tidak rasioanal dan hanya untuk kenikmatan
semata yang bersifat duniawi. Prilaku konsumtif mempunyai factor yaitu seperti kebudayaan,
kelas sosial,kelompok sosial dan kelompok referensi, keluarga, motivasi.
Dari data yang saya ambil dari observasi terhadap
prilaku konsumtif pada observe memiliki
prilaku konsumtif yang dimana observe memiliki beberapa criteria yang ada dalam
aspek prilaku konsumtif yang di kemukakan oleh soemartono. Dalam aspek dan
prilaku yang di temukan dalam diri observe, bahwa observe memiliki prilaku
konsumtif.
4.2
SARAN
Remaja seharusnya memikirkan apa saja yang ingin di
lakukakanya dengan uang yang mereka dapatkan dari orang tua, dengan membeli
barang yang mereka perlukan untuk kehidupan mereka. Dapat membedakan mana yang
kebutuhan primer dan sekunder, kebutuhan yang harus di laksanakan dan kebutuhan
yang dapat ditunda dahulu.
Remaja juga sebaiknya membuat daftar apa saja yang
mebjadi kepentingan yang akan mereka beli dengan unag yang mereka dapatkan, apa
lagi remaja yang jauh dari orang tua yang hanya diberikan orang tua untuk uang
secukupnya untuk makan dan kehidupan sehari-hari selama jauh dari orang tua,
bukan untuk dihambur-hamburkan dan meminta kembali uang yang telah habis
dibelnjakkan dengan kwbutuhan yang tidak perlu.
Orang tua yang ada di dekat anaknya lebih baik
mengontrol uang yang di berikan untuk anak, dan member tahukan kepda mereka
yang mana lebih dominan yang akan di
beli untuk kehidupan anak itu, dan apabila jauh dari orang tua, orang tuannya
memberi tahu apa kebutuhan dari uang yang dikirim dan memberikan sedikit
peringatan apabila membeli barang yang tidak diperlukan tidak akan di beri uang
kembali, sikap tegas orang tua juga diperlukan dalam keuangan sang anak.
DAFTAR PUSTAKA
·
Haryanto, S.Pd (2010) Pengertian Remaja Menurut Para Ahli. http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/ (diakses 22 mei 2014)
·
Ulfah
Yunita Ningrum (2011) Prilaku Konsumtif
Terhadap Produk Pakaian Distro dari Konformitas pada Siswa SMK ABDI NEGARA
MUTILAN.
·
Mas Tamudi (2012) Pengertian Observasi
http://mastarmudi.blogspot.com/2010/07/pengertian-observasi.html (diakses 22 mei 2014)
·
Bambang
Supriadi (2014) Materi psikologi Observasi
http://anaktebidah.blogspot.com/2014/03/materi-psikologi-observasi.html (diakses 22 mei 2014)
10 Best US Sports To Play at Legal US Online Sportsbooks - Sporting
BalasHapusThe 바카라 사이트 best US sports betting 포커 족보 sites now offer legal 바카라 사이트 US betting options. Read our guide to find out 토토 사이트 도메인 where to bet365 play for real money or start playing now!